lundi 26 juillet 2010

Persepolis


Persepolis, adalah ibukota kekaisaran Persia sejak jaman dahulu kala. Nama ini juga dipakai oleh Marjane Satrapi, seorang ilustrator asal Iran yang terkenal setelah menelorkan graphic novel dengan nama tersebut, sebagai cerita autobiografi dari mulai sewaktu dia masih kecil yang tinggal di Iran era Shah Reza Pahlavi.

Film ini adaptasi dari graphic novel tersebut, dan walaupun saya belum pernah membaca, sebagai film cerita, storyline-nya mudah dipahami dari kacamata orang biasa. Memang untuk lebih memahami kita perlu membekali diri dengan sedikit pengetahuan sejarah Iran ketika Shah terakhir berkuasa, bagaimana Revolusi Iran dimulai, atau tentang perang Iran-Irak tahun 1980-1988.

Selain sejarah, sebagai latar belakang hidupnya Marjane juga mengupas sisi kehidupan pribadi keluarga intinya, yang anti-Shah & pro-Sosialis, tertekan oleh rejim Shah, dan juga tertekan oleh Revolusi. Ada hal yang menarik juga ketika ia harus meneruskan sekolah di Swiss menjadi proses menuju kedewasaan.

Satu lagi, kita juga dihadiahi bekali filosofi yang di film ini disampaikan oleh nenek Marjane, seorang yang tidak henti-hentinya menasehati nya. Satu diantaranya yang saya ingat: "Fear us what lulls our minds to sleep and makes up loose our conscience. Fear is also what turns us into cowards". Dan akhirnya Marjane tidak menyerah pada tekanan Revolusi dan ia pergi dari Iran untuk menceritakan hal ini kepada kita :)


PERSEPOLIS: 4/5
CERITA: 4/5
GAMBAR: 4/5


Note (from imdb.com):
In 1970s Iran, Marjane 'Marji' Statrapi watches events through her young eyes and her idealistic family of a long dream being fulfilled of the hated Shah's defeat in the Iranian Revolution of 1979. However as Marji grows up, she witnesses first hand how the new Iran, now ruled by Islamic fundamentalists, has become a repressive tyranny on its own. With Marji dangerously refusing to remain silent at this injustice, her parents send her abroad to Vienna to study for a better life. However, this change proves an equally difficult trial with the young woman finding herself in a different culture loaded with abrasive characters and profound disappointments that deeply trouble her. Even when she returns home, Marji finds that both she and homeland have changed too much and the young woman and her loving family must decide where she truly belongs. (by Kenneth Chisholm)

samedi 24 juillet 2010

Poltergay


Poltergay, memang tidak bisa dibilang film horror, karena sosok hantu2nya tidak menakutkan, malah tampil necis, perlente dan cenderung...gay! Diambil dari kata bahasa Jerman 'poltergeist' atau hantu yg berisik, disini hantunya ada para gay yang mati ketika terjadi kebakaran di pesta disko rumahan tahun 1970-an.

Adalah pasangan Marc (Clovis Cornillac) dan Emma (Julie Depardieu) yang pindahan ke rumah yang umurnya mungkin lebih dari seabad lamanya. Tak lama Marc mulai merasakan adanya keanehan di dalam rumah 'baru'-nya, dan ketika muncul hantu2 gay itu, Marc bisa melihat mereka tetapi Emma tidak. Hal ini membuat hubungan mereka runyam, sampai Emma meninggalkan Marc karena tindakan Marc yang seakan-akan menjadi gila.

Marc pun mencari tahu apa yang terjadi dengan mereka, dan berusaha menolong. Upaya Marc oleh para hantu2 tersebut dibalas dengan menolong Marc agar bisa dekat lagi dengan Emma.

Film komedi ini berbobot ringan dan bukan tipe yang membuat orang tertawa terbahak-bahak. Saya pun mungkin lebih banyak tersenyum. Saya akui ide ceritanya fresh, hanya pengembangan cerita memang tidak terlalu kuat, dan menjelang akhir film baru terasa menarik.

POLTERGAY: 2,5/5
GAMBAR: 3/5
CERITA: 2,5/5
KETAWA: 2/5


Note (from film.com):
When Marc and Emma move into their new house, they have no idea that in the 1970s, their basement was a gay nightclub which had been destroyed by fire and that the house itself is now haunted by the ghosts of five gay and mischievous clubbers. Marc can see them. Emma can't. In the end, Marc's "visions" cause Emma to walk out on him. Touched by the poor guy's distress, the ghosts decide to help him win Emma back. In return, Marc frees them from the house and helps them to discover the 21st century fever!