Isabelle Adjani berperan sebagai Sonia Bergerac, guru di suatu sekolah menengah negeri yang mana muridnya bandel-bandel, yang kebanyakan adalah keturunan minoritas (Arab dan Afrika). Sonia hendak mengajar di kelas drama di ruangan teater sekolah, dan dari awal murid-muridnya seperti tidak ada rasa hormat, dan terang-terangan merendahkan gurunya.
Dalam kelas, Sonia tidak bisa mengendalikan secara efektif dan melihat dua dari murid-muridnya sedang berada di belakang kelas. Mereka sedang membicarakan isi dalam tas yang mereka bawa. Tak disangka-sangka, sebuah pistol jatuh dari tas itu dan dalam pergelutan Sonia yang pertama mengambil pistol itu, kemudian tanpa sengaja menembak kaki Mouss. Keadaan menjadi kacau, dan sebagian murid keluar dari ruangan. Sonia yang panik menutup dan mengunci pintu masuk, serta menyuruh murid yang masih ada dalam ruangan untuk berbaring. Terjadilah situasi penyanderaan..
SPOILER ALERT. Kepolisian akhirnya dipanggil oleh pihak sekolah, yang pada awalnya belum tahu bagaimana situasi penyanderaan bisa terjadi. Polisi mulai mengerahkan negosiator dan mencoba menyusup untuk melihat situasi kondisi penyanderaan. Sedangkan dalam ruangan, dengan memegang pistol Sonia berada dalam kondisi yang ia inginkan: para murid mau mendengar dan menuruti kemauan sang guru. Dalam interaksi dengan murid-muridnya, Sonia mencoba meluruskan beberapa persepsi yang salah dan muncul dialog seperti sekularisme di sekolah, agama, kondom, virginitas, racial insult dsb. Murid-muridnya pun juga punya masalah sendiri-sendiri seperti Memet, yang ingin pergi ke Australia, dan juga Khadija, korban pemerkosaan oleh teman-temannya sendiri yang dimotori oleh Mouss.
Selain itu, Sonia menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan permintaan untuk disampaikan kepada Menteri Pendidikan untuk menetapkan "Hari Memakai Rok" (Skirt Day/La Journée de la Jupe). Sementara polisi berusaha keras untuk meminta Sonia menyudahi penyanderaan, bahkan suami serta orangtuanya ikut membujuk Sonia. Petugas polisi Labouret (Denis Podalydès) masih ingin menggunakan cara lunak (negosiasi), namun hanya diberi waktu dua jam saja sebelum polisi bergerak menyerbu.
Dalam kelas, Sonia tidak bisa mengendalikan secara efektif dan melihat dua dari murid-muridnya sedang berada di belakang kelas. Mereka sedang membicarakan isi dalam tas yang mereka bawa. Tak disangka-sangka, sebuah pistol jatuh dari tas itu dan dalam pergelutan Sonia yang pertama mengambil pistol itu, kemudian tanpa sengaja menembak kaki Mouss. Keadaan menjadi kacau, dan sebagian murid keluar dari ruangan. Sonia yang panik menutup dan mengunci pintu masuk, serta menyuruh murid yang masih ada dalam ruangan untuk berbaring. Terjadilah situasi penyanderaan..
SPOILER ALERT. Kepolisian akhirnya dipanggil oleh pihak sekolah, yang pada awalnya belum tahu bagaimana situasi penyanderaan bisa terjadi. Polisi mulai mengerahkan negosiator dan mencoba menyusup untuk melihat situasi kondisi penyanderaan. Sedangkan dalam ruangan, dengan memegang pistol Sonia berada dalam kondisi yang ia inginkan: para murid mau mendengar dan menuruti kemauan sang guru. Dalam interaksi dengan murid-muridnya, Sonia mencoba meluruskan beberapa persepsi yang salah dan muncul dialog seperti sekularisme di sekolah, agama, kondom, virginitas, racial insult dsb. Murid-muridnya pun juga punya masalah sendiri-sendiri seperti Memet, yang ingin pergi ke Australia, dan juga Khadija, korban pemerkosaan oleh teman-temannya sendiri yang dimotori oleh Mouss.
Selain itu, Sonia menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan permintaan untuk disampaikan kepada Menteri Pendidikan untuk menetapkan "Hari Memakai Rok" (Skirt Day/La Journée de la Jupe). Sementara polisi berusaha keras untuk meminta Sonia menyudahi penyanderaan, bahkan suami serta orangtuanya ikut membujuk Sonia. Petugas polisi Labouret (Denis Podalydès) masih ingin menggunakan cara lunak (negosiasi), namun hanya diberi waktu dua jam saja sebelum polisi bergerak menyerbu.
Karena situasinya memang bukan penyanderaan yang sudah direncanakan--tetapi karena ketidaksengajaan--mungkin suspense bukan yang diharapkan dari sang sutradara. Film ini lebih memfokuskan pada frustrasinya sang guru untuk meluruskan pemikiran para remaja ini pada nilai-nilai/norma-norma yang benar. Memang benar murid-muridnya hidup tidak dalam keadaan yang ideal, tetapi sayang isu-isu yang diangkat mungkin terlalu luas (diverse) dan tidak terlalu dalam pembahasannya. Hal ini membuat ruang yang sedikit sempit untuk menciptakan situasi dialog yang lebih 'intelek', yang hanya menyentuh permukaan saja, dan Sonia terlihat berada pada sosok yang bisa dianggap benar (justified). Some would think the movie is boring, try to watch only if you're really interested :)
LA JOURNÉE DE LA JUPE: 2,5/5
GAMBAR: 2,5/5
CERITA: 3/5
ACTING: 2,5/5
Note (from flixster.com):
Sonia Bergerac is a teacher at a school for difficult children. The problems she encounters in her new workplace compounded by her husband's decision to leave her. Before long, she is teetering on the edge of a nervous breakdown. One day, Sonia comes across a gun in one of her pupil's school bags. Surprised, she grabs it, and amidst the confusion, she accidentally fires a shot, wounding a pupil. In spite of Sonia's protestations, the commotion soon turns into a veritable hostage drama.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire