Misc

mercredi 17 août 2011

L'Homme Qui Voulait Vivre Sa Vie


The Big Picture
a.k.a A Man who Wanted to Live His Life


Wah, lagi-lagi si Romain Duris jadi pemeran utama neh. He's become another favorite actor of mine. Menjadi Paul Exben, seorang eksekutif muda dalam karirnya yang sukses, dengan beristrikan Sarah (Marina Foïs) dan dua anak, tidak ada lagi yang perlu dikejar dalam hidupnya. Mungkin ada sedikit masalah komunikasi dengan Sarah, tetapi agaknya bisa "diperbaiki" di atas ranjang. Namun belakangan Sarah bersikap aneh serta akhirnya meminta cerai, dan Paul pun jadi sadar ada orang ketiga di dalam perkawinannya. Diketahui bahwa istrinya ada main dengan Grégoire Kremer, seorang fotografer. Mencoba mencari tahu, Paul berupaya mengkonfrontir Grégoire di rumahnya, yang kemudian di dalam suatu perdebatan dan perkelahian kecil, sebuah insiden terjadi yang menyebabkan Grégoire tewas!


Tahu dirinya bakal terlibat masalah hukum, Paul memutuskan 'tuk meninggalkan hidupnya dengan mengambil alih identitas si Grégoire. Daftar rencana apa yang dilakukannya termasuk panjang untuk sekedar menutupi jejak, hanya untuk meyakinkan otoritas bahwa ia sudah meninggal dalam kecelakaan kapal boat, atau membuat Grégoire seakan masih hidup dengan mengirim e-mail ke Sarah via e-mail account milik Grégoire, serta berkelana ke daerah Balkan dan tinggal di desa terpencil jauh dari hiruk pikuk kota. Di daerah itu, Paul menjadi fotografer, seperti halnya si Grégoire, dengan obyek berbagai kehidupan masyarakat sekitar dan hasilnya ternyata laku dibeli oleh koran setempat. Paul pun sempat terlibat hubungan romantika dengan Ivana, seorang editor di koran tersebut. Sampai ketika sebuah galeri menampilkan eksibisi fotografi hasil jepretannya, baru Paul sadar hal ini akan membuka kedoknya sendiri. Lagi-lagi ia harus meninggalkan apa yang sudah diraih agar tidak ketahuan. Lalu kemana dia harus pergi???

Saya rasa banyak detil yang terlewat dan tidak dipahami, atau memang saya yang kurang menyimak, karena masalah bahasa dan terjemahan yang kurang bagus. Contohnya relevansi gambar foto sebuah palang horisontal (high bar) di pinggir danau (??), atau orang2 yang dilempar ke laut dari kapal, masih menjadi misteri bagi saya. Tetapi itu bukan masalah yang besar, film ini menjadi menarik ketika Paul memulai pelariannya, dan yang menarik rencana menutup jejak digambarkan dengan sebegitu mendetail, supaya tidak dianggap mengada-ada. Suatu cerita yang logis tentunya tidak mudah diabaikan (dismiss) begitu saja oleh penonton kan? :p Terus harapan saya tentang Sarah yang kembali ke Paul memang tidak terealisasi (kok pengen happy-ending banget sih?), dan fokus terhadap Paul dengan identitas barunya bisa dibilang semacam menceritakan survival instinct, bahwa orang akan berbuat apapun untuk bertahan hidup (alasan yang tidak terlalu kuat kalau cuman itu sih). Mungkin menjadi memorable scene dimana Paul lupa mengambil foto anak-anaknya di dashboard mobil yang dibakarnya untuk menutup jejak, sebuah kunci yang bisa menghubungkan dengan masa lalunya.

Diangkat dari sebuah novel, film ini mungkin tidak terlalu luar biasa dalam segi cerita. Toh, bagi yang mau melihat saya rasa tidak akan kecewa. Akhir cerita mungkin membingungkan bagi sebagian orang, tetapi dengan mencerna inti cerita sesungguhnya ini adalah kisah petualangan seorang pria yang ingin hidup di bawah bayang-bayang. Dan tentu cerita ini tidak akan pernah berakhir karena selalunya ketika mencapai level 'ketenaran' Paul akan menghilang dan mengembara lagi untuk memulai hidup yang baru. To live one's life just like everyone else does.


L'HOMME QUI VOULAIT VIVRE SA VIE: 3,5/5
GAMBAR: 3.5/5
CERITA: 3/5
ACTING: 3,5/5

Note (from imdb.com):
Paul Exben is a success story - partner in one of Paris's most exclusive law firms, big salary, big house, glamorous wife and two sons straight out of a Gap catalog. But when he finds out that Sarah, his wife, is cheating on him with Greg Kremer, a local photographer, a rush of blood provokes Paul into a fatal error. Standing over the corpse of his wife's lover, Paul knows that his perfect life has gone for good. But by assuming the dead man's identity and fleeing for an isolated part of former Yugoslavia on the beautiful Adriatic coast, Paul gets another shot at being himself and, at last, seeing the big picture. Written by The Film Catalogue

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire