Histoire

Prolog

Bioskop mana yo...?

Perkenalan saya dengan film sejak kecil, yakni tahun 1980-an, adalah kebanyakan film-film Hollywood, film Jepang, film Hong Kong, selain tentu saja film Indonesia. Yang kita tahu, rental kaset film (VHS, Betamax) adalah akses kita terhadap film dari luar negeri, karena bioskop di kota kecil seringkali tidak up-to-date. FIlm-film yang menjadi favorit saya tentu saja yang banyak aksi-nya, terutama perang dan silat/kungfu, macam Rambo, Commando, juga film kungfu a la Jackie Chan punya ditambah film-film komedi. Saya tegaskan disini, bahwa saya tidak suka film horror. Udah bikin takut, abis nonton juga masih keinget tuh ngerinya hehehe.. (bikin kaga bisa tidur aja).
Antena parabola nih..

Setelah tv swasta bermunculan menyaingi TVRI, barulah kemudian film sering disiarkan di tv. Terlebih lagi ketika keluarga kita memasang antena parabola di tahun 1990 (maklum dulu tinggal di kota kecil), pilihan saluran (channel) yang menyiarkan film dari luar semakin tambah banyak saja. Satu saluran yang saya ingat adalah Canal France International (CFI), saluran yang memperkenalkan budaya Prancis dengan program2nya yang disuplai dari semua saluran tv Prancis. CFI yang mengudara melalui satelit Palapa dari tahun 1992 s/d 1998, menampilkan film2 yang memberikan 'feel' lain dari yang sebelumnya saya lihat. Memang dilihat dari 'keterbukaan'-nya, banyak filmnya yg ga disensor--ditambah dengan umur saya di periode remaja--making greng aja manteng tv di saluran CFI.  Subtitle-nya dual bahasa, Inggris dan Prancis, cukup membuat kita mengerti sekaligus juga belajar bahasa :) Setelah CFI, saluran dari Prancis lain juga muncul yakni TV5 Monde (Asie), yang juga punya program divertissement alias film. Biasanya di jam 8 pagi atau jam 8 malam (kadang jam 11 malam), segmen ini baru disiarkan.

Dengan munculnya media baru berbasiskan optical disc, maka akses untuk mendapatkan film semakin lebih mudah dan lebih personal. Dimulai dengan adanya standar analog Laser Disc (LD) selebar 12 inci di awal 1990-an, kemudian trend beralih dengan adanya Video Compact Disc (VCD) di pertengahan 1990-an yang ukurannya lebih mungil. Baru kemudian trend berubah lagi menjadi Digital Versatile Disc (DVD) pada awal 2000-an. Karena adanya serbuan VCD/DVD film dengan harga murah ini (karena bajakan)--sempat membuat bisnis bioskop di Indonesia bangkrut--dengan distribusi yang meluas hingga sampai ke pelosok2, ditambah dengan alat pemutar (player) murah bikinan Cina daratan, orang sudah bisa mendapatkan hiburan dengan mudah dan bisa dinikmati seluruh keluarga.
Hasil razia petugas

Di sisi lain, kegiatan pembajakan yang masif ini membawa celah baru masuknya film-film non-mainstream (baca: Hollywood) ke Indonesia tanpa harus memikirkan sisi komersil. Lha wong harganya Rp 5000-an, kalo ada orang ngopi film dari entah berantah pun terus kemudian dijual en ngga ada yang beli juga ga bakal nanggung rugi banyak :)
Glodok kah?

Dari sinilah saya lebih mengenal lebih banyak lagi film Eropa dan lebih giat lagi untuk mencarinya. Pertama-tama, informasi didapat dari hasil pencarian di internet, kemudian saya ngublek2 cari di sentra2 penjualan DVD (Glodok, Mangga Dua, Roxy, Mall Ambassador dll). Memang tidak selalunya saya mendapatkan yang diinginkan, kadang juga nemunya tidak sengaja. Banyak yang kualitasnya bagus, subtitle-nya ada, banyak juga yang ancur, dan tanpa subtitle (ini yang bikin gondok!). Yah, resiko beli DVDB, jangan harap beli murah dapet kualitas bagus.

Seiring dengan peningkatan kesejahteraan setelah saya merantau ke Batavia, ada kalanya saya juga membeli DVD legal. Pilihan ini saya ambil kalau susah cari DVDB-nya walaupun harganya agak menguras kantong. Sudah sepatutnya memang kita harus menghormati hak kekayaan intelektual. Kalo yg ini, sudah jaminan mutu. Menonton pun puas, gambar jelas dan subtitle lengkap.

Epilog

Dari sini, koleksi DVD saya semakin menggunung, dan untuk mencatat film apa saja yang sudah saya tonton, saya berniat untuk menuliskannya dalam satu blog (weblog) supaya tetap terkenang terus sampai kapanpun. Dan di tahun 2007, ketika itu memang sedang trend-nya orang menulis blog, blogger.com menjadi pilihan saya untuk memulai perjalanan blog FILM EROPAH ini. Now you are seeing the result of the labour...

Cinémajest, Septembre 2010