Source

Penamaan Film Eropah sebetulnya tidak seperti yang anda bayangkan. Pertama, Eropah tidak mengacu pada segi geografis benua ketika pertama kali saya terpikir menggunakan istilah ini untuk memberi judul blog. Yang saya ingat hanya bahwa masih ada film-film dari belahan dunia lain selain dari Hollywood (baca: Amerika) yang patut dijadikan bahan gosip dan yang juga mempunyai kualitas yang tidak kalah hebring. Kedua, tidak semua film dari negara-negara di benua Eropa yang menjadi rujukan dalam blog saya. Seperti yang saya utarakan dalam Histoire, saya tertarik dengan film-film Prancis ketika masih sekolah SMA, sehingga mayoritas adalah film Prancis yang menjadi fitur utama dalam blog ini.

Sebagai ketetapan, film-film berbahasa Prancis (bisa dari negara Prancis sendiri, Belgia atau Swiss) dan berbahasa Jerman (dari negeri Jerman, Austria, dan Swiss juga) menjadi fokus Mayor. Prancis mempunyai tradisi kuat dalam produksi film sehingga pantaslah kalau menjadi sajian spesial. Jerman menjadi urutan kedua juga karena film-filmnya punya cerita yang berbobot. Saya tidak ikutsertakan film Inggris, karena ya anggaplah bahasanya sama kaya orang Amrik (hehehe..). Untuk Minor adalah film-film berbahasa Italia dan Spanyol yang tidak kalah memikatnya dengan yang lain. Selebihnya dari negara-negara lain (on the rise neh film dari Rusia, Belanda, Swedia, Denmark, Hungaria, dan Yunani), biarlah orang-orang yang membuatkan blog-nya :)

Setelah penentuan negara, kita beralih pada sumber material. Yang jelas dan yang paling mudah adalah (1) televisi/broadcast television. Yang ini jelas kita tidak bisa tentukan kapan nontonnya, kita sendiri lah yang harus menyesuaikan jadwal. Beberapa tahun yang lalu saya sempat melihat beberapa film Eropa ditayangkan di stasiun teve Indonesia, diantaranya RCTI, SCTV dan Antv. Lalu kita juga pilihan untuk menonton di (2) bioskop/cinema/movie theater yang man di Indonesia (bioskop 21/XXI (twenty-one) dan Blitz) umumnya memutar rilis film baru, namun tidak selalu film dari Eropa bisa masuk ke Indonesia (sangat tergantung dengan pihak distributor/importir) kecuali film-film yang mendapat perhatian global. Bioskop juga kadang memutar festival film yang membawa corak lain karena pilihan film-filmnya pun lebih menonjolkan segi kultural--sehingga tidak melulu komersil (ingat Festival Film Prancis dan Festival Film Eropa).

(3) DVD/dividi/media optik lain yang dijual untuk koleksi pribadi (baik itu yang legal maupun bajakan) juga merupakan suatu pilihan. Tempat langganan saya untuk yang DVDB adalah di Cempaka Mas, Roxy Mas, Ambassador Mall dan Ratu Plaza. Di tempat-tempat ini, saya harus bilang "film festival" supaya yang jual tahu apa yang saya mau :) karena cover film Eropa kebanyakan 'dihiasi' dengan keikutsertaan dalam beberapa festival yang diapit di antara olive branch yang khas. Untuk yang legal, asal nemu aja (kalo ga mahal ya) langsung disikat..

Yang terakhir dan media mutakhir untuk mendapatkan film adalah dengan cara (4) mengunduh/download. Favorit saya adalah dengan menggunakan protokol bitTorrent (peer-to-peer file sharing). Langkah pertama jelas harus tahu film apa yang akan diunduh. Biasanya saya melihat hasil dari César Award atau Lola Awards, kemudian setelah ngecek rating di imdb.com, mulailah aksi untuk mencari di situs-situs penyedia torrent. Keterbatasannya tentu saja adalah waktu unduh, dengan ukuran file kira-kira 700MB sampai dengan 1,4 GB (format .avi), membutuhkan waktu yang relatif lama, bahkan berhari-hari (apalagi melihat kecepatan akses internet di Indonesia). But the wait is well-rewarded. Cuman karena tidak legal, ya jangan sering-sering lah :) 

Saya belum terpikir lagi untuk menulis nomor (5). Mungkin nanti...


Cinémajest, Octobre 2010