lundi 30 janvier 2012

Le Moine


The Monk


Le Moine atau The Monk diadaptasi dari novel terbitan tahun 1796 karangan Matthew Gregory Lewis asal Inggris. Vincent Cassel menjadi aktor utama berperan sebagai pendeta/monk bernama Ambrosio, di film yang disutradarai oleh Dominik Moll (sutradara film L'Autre Monde) dengan setting di Spanyol abad 16-17M. Kalo melihat gaya Cassel berjanggut/brewokan, memang terlihat bandel dan urakan seperti di film Mesrine, perbandingannya tentu kalau clean-shaven, terlihat seperti pria baik-baik :) tapi untuk kali ini, Cassel memegang peran serius dan seperti tergambarkan dalam poster film di samping, not even a slight smile spilled on his face.. Anda pun bisa membaca dari raut wajahnya di situ bahwa ceritanya pun bakal sama seriusnya..



Awal ceritanya, seseorang bayi laki-laki ditinggalkan (baca: dititipkan) di depan pintu sebuah biara Ordo Franciscan Capuchin. Anak tersebut kemudian diadopsi oleh biarawan Père Miguel, terus dibesarkan menjadi salah satu pendeta di biara tersebut. Dengan bimbingan Miguel, Ambrosio menjadi pendeta yang disegani karena keteguhan imannya dan menjadi pengkhotbah yang terkenal di seantero negeri. Khotbah minggunya di biara banyak didatangi oleh para jemaat, termasuk wanita muda Antonia (cute Joséphine Japy) yang hadir pertama kali bersama bibinya Leonella. Di sana, Antonia bertemu dengan Lorenzo (Frédéric Noaille) yang langsung kepincut dengan Antonia. Lorenza terang-terang mengungkapkan keinginan untuk 'bertemu kembali' dengan Antonia, namun diingatkan oleh Leonella mengenai status Antonia yang bukan ningrat. Lorenzo harus bertemu dengan ibu Antonia, Elvire, untuk mendapatkan restu.

Di plot lain, ada suster Agnes, yang ketika berada dalam bilik pengakuan dosa bersama Ambrosio tanpa sengaja menjatuhkan secarik surat yang ditujukan kepada kekasihnya. Hal ini kemudian dilaporkan Ambrosion kepada kepala biarawati/abbesse yang berakibat suster Agnes dihukum sangat-sangat berat. Di jalan cerita yang lain, di Biara Ordo Capuchin ini kedatangan seorang dengan memakai topeng. Oleh si pengantar dijelaskan bahwa ia yang bernama Valerio adalah seorang yatim yang karena luka kebakaran di wajah harus selalu memakai penutup kepala karena sensitif terhadap cahaya matahari. Valerio ingin membaktikan hidupnya untuk Tuhan, dan oleh karena itu melamar untuk tinggal di Biara tersebut menjadi friar. Diketahui bahwa Valerio bukan orang yang diduga oleh semua pendeta, dan ketika akan diusir dari biara oleh Ambrosio, si Valerio ini berhasil menyelamatkan Ambrosio dari racun ulat/ular (?) yang menggigit tangannya. Alhasil, Valerio tidak jadi diusir dan hubungan Ambrosio dan Valerio menjadi sangat "dekat". Diketahui bahwa mukjizat Valerio berasal dari black magic.

Kembali ke plot awal, Lorenzo yang sudah bertemu dengan Elvire diberitahu bahwa sebetulnya Antonia ada 'jalur' keturunan bangsawan dari sang suami alias ayah Antoina, namun karena tidak disetujui oleh keluarga ayah Antonia, mereka mengungsi ke Amerika Selatan. Lorenzo yang mempunyai kerabat ningrat menjanjikan untuk membantu keluarga ini mendapatkan gelar kebangsawanannya kembali. Sementara itu, Antonia datang ke biara untuk bertemu dengan Ambrosio untuk meminta bantuan agar Ambrosio bersedia menemui dan mendoakan ibunya Elvire yang sedang sakit. Kedatangan Antonia tersebut merupakan guratan imaji dari mimpi Ambrosio selama ini, seorang misterius yang berjubah merah menyala bersimpuh di depan biara. Ambrosio pun semakin tertarik dengan Antionia, dan ketika hal itu diketahui oleh Valerio, ia menawarkan bantuan ke Ambrosio dengan "black magic" untuk mendapatkan Antonio. Dan semakin dalam lah Ambrosio terjerumus ke lembah dosa...

Terus terang agak sulit untuk menjelaskan alur cerita tanpa harus menjadikan sebagai Spoiler. Seperti layaknya cerita thriller, kilas balik kisah Elvire dan suaminya menjadi turning point yang mengejutkan dari hubungan Ambrosio dan Antionia. Dan dibandingkan dengan apa yang ditulis oleh pengarang M.G. Lewis (yang saya baca di situs Wikipedia), terdapat banyak perbedaan signifikan, yang mana cerita aslinya lebih kompleks dan lebih menarik lika-likunya. Sebaliknya di film menjadi cerita yang agak dangkal, cenderung hambar dan tidak banyak makna. Plot tentang suster Agnes hampir tidak ada guna, dan berubahnya Ambrosio dari absolute virtuous menjadi complete jerk berasa tidak natural.  Beruntung inti cerita tentang "Mateo" masih sama dan diselamatkan oleh akting prima dari Cassel. Sedangkan setting tempat tidak terlalu menonjol dengan pilihan scenic view yang terbatas, antara pintu depan monasteri, interiornya ataupun rumah Antonia. Teknik penggambaran si sutradara, dalam satu review disebut: ".... makes the most of the contrast between the cool inner sanctum and the sun-baked landscape."
Penokohan pendeta yang hipokrit yang berbuat jahat memang kontroversial (supposedly not seen from the author's perspective), tetapi moralitas yang diangkat adalah semua orang bisa tergoda (oleh setan) untuk berbuat jahat, and one evil thing done will lead to another, tetapi dengan balasan yang setimpal.


LE MOINE: 3/5
GAMBAR: 3/5
CERITA: 2,5/5 (not faithful to the original?)
ACTING: 3/5


Note (from imdb.com):
Madrid, in the seventeenth century. Abandoned at the doorstep of a monastery, Ambrosio has been brought up by the Capucin Friars. After becoming a friar himself, he becomes an unrivalled preacher whose sermons draw crowds and earn him the admiration of all. Admired for his extreme rigor and absolute virtue, Ambrosio is certain he is safe from any temptation. But Satan has not said his final word... Written by Guy Bellinger

Aucun commentaire: